Wasiat Pengiran Nakhoda Kaya Di Pulau Serai

TAHUN 1438




Sesudahnya tujuh puluh lapan tahun kemudiannya pada tahun seribu empat ratus tiga puloh lapan. Yakni kiraan hijrah di bulan safar diatas hari tiga belas sebutan masehi,dan bersama disaksikan oleh paman-pamannya, dua saudara nakhoda dari sebelah jurai kakek-kakeknya, dua saudara dari bibik dan pamannya, dari dua anak penakannya dan putera sulungnya sebermula diturunkan wasiat yang ketiga selepas dua amanat sebelumnya diserah keatas telapak tangan putera cucunda Panglima Pengeran Imam Haji Nakhoda Kaya bersama-sama layar-layar kapal bahteranya turun dari langit sesudah tamat Qamat berkumandang di-atas bumi Allah s.w.t. di-hadapan ratusan para-para ambia, wali-wali, raja-raja purba serta nenek moyangnya.


Dimula-kan sebelum di-teruskan akan Bismillahirahmannirahim dan sesudahnya itu lafaz Wallahi (والله),Wabillahi (وبالله),Watallahi (وتالله),

Bahawa sesungguhnya akan segala yang tercatit kata-kata didalam seluruh cerita yang zahir di-atas isi kulit naskah ini bukan satu sandiwara nenek moyang turun kepada Empunya lalu mengalir turun kepada jejalur darah penyambung nyawa maruah keturunan Bangsa Raja nya.


Selepas solat berjemaah di-qomatkan oleh paman dari saudara panglima garang, beraraklah sekalian yang ada menuju kedalam rumah mimbar sakti. Yang di-pilih itu menuju ke Batu Tabal di-iring bersama saudara putera dari bibiknya dan putera sulungnya.



Panglima Banjingan panggilan nama timang-timangan dari leluhur sekalian kakek-kakeknya, banjingan kata asal bagi pekerjaan mulia yang membawa arah setiap penghijrahan diri mereka-mereka yang mencari penempatan ingin dijadikan keyakinan. Kerana pekerjaan ini dilakukan hingga sudah sebati dengan dirinya, maka itu putera berayahndakan cucu kepada Panglima Pengeran ini disayangi oleh kakek-kakek dan nenek-neneknya bahkan sekalian para sahabat dan saudara-saudaranya.



Namun Syaitannirrojim tidak pernah lekang dari janjinya yang telah diijin Allah s.w.t keatas diri yang berakal hati, yang punya rasa berasas nafsu, yang punya hasad bertiang curiga dan yang punya petunjuk berkhalam munafiq. Dijanjikan pada Panglima Banjingan itu berserta kasih sayang dari Ilahi serta ditemani kasih sayang dari orang tuanya serta kakek dan neneknya, dipertontonkan ketika disaat dirinya diterbangkan ke-makam Changkat Nur Hidayah akan sekalian kandang-kandang yang berisi ahli-ahli derhaka kepada nenek moyang mereka lalu di-perlihatkan oleh nya.Subahanallah.



Sesudah di-dudukkanlah seluruh paman-pamannya serta saudara dan saudara nakhoda juga anak penakannya di-atas para duduknya Sang Raja dan Sang Wali agar dapat menyaksikan turunnya tabal sakti hakiki yang mengzahirkan cherita hakikat para duniawi sebagai saksi kejadian Ilahi.



Setelah segala kedudukan diperkemaskan bagi menyaksikan keajaiban dauliah kebesaran Allah s.w.t yang bakal dikurniakan kepada hamba pilihan Nya dan sesudah tujuh ahli berjiwa muda selesai bersolat dan mengaji bagi kesejahteraan keatas Ketua Pilihan Nya, berarak mereka masuk kedalam Rumah Mimbar Sakti tanda sudah hampir atur cara tabal terima dari nenek moyangnya akan berlangsung didepan mata-mata sekalian alam nyata dan alam kedua.



Turunlah Mahaguru Naga Sunan Kali Jaga dari bangkunya lalu berjalan dia penuh tertib menuju kearah Batu Tabal. Disitu duduknya Panglima Banjingan yang ditemani oleh saudaranya yakni putera dari bibiknya dan putera sulungnya berdiri sepuluh langkah disisi hadapan ayahndanya yang duduk dibatu tabal mengadap arah kiblat Allah s.w.t.



Berdiri tegak langkahnya terhenti, tiga puluh langkah di antara duduknya Si Sang Panglima. Tunduk hormat Sang Mahaguru Naga Sunan Penjaga Kali banyaknya tiga kali sambil berpesan tegas Al-Quran Al-Karim jadikan pembawa diri lalu beroleh kekanan mengadap kiblat bermohon kepada Allah s.w.t akan keredo'an dan ketentuan, Doa kesejahteraan dan karuniah dipohonkan agar jalan menuju keadilan dan ketelusan didalam keikhlasan perjuangan, baik agama mahupun di alam nyata atau alam keajaiban. Sesudah itu beralih dirinya lagi mengadap kekanan dilihat seluruh sekalian mata-mata yang menunggu jawapan, saksi kepada kebesaran tuhan lalu dipanjatkan doa agar Allah s.w.t tiada memberi keaiban pada yang dipilih dan diturunkan gelaran bersama wasiat akan masa depan.Sesudahnya itu diubah dirinya lagi kekanan mendongak lah ia, sepasang mata melihat purnama, diizin tuhan terang meyuluh setiap sudut, tiadalah terlihat kegelapan kerana adanya sinar, dipanjatkan pula doa lagi agar ia sentiasa terang menyuluh jalan dan hati,semoga Allah jauhkan kesesatan dialam duniawi. Sehabis doa yang dipanjatkan, diubahnya lagi diri kekanan diberi hormat tunduk terakhir tunduk beradat berserta kasih lalu melangkah enam jarak tiada menoleh kearah belakang, tiadalah ia mengubah tubuh dan badannya, berhenti pula pada cukup langkah dikira, berpaling lah si penjaga kali menuju kearah saksi nyata berserta saksi kayangan yang menghadiri di Mimbar Sakti.



Berkata Si Penjaga kali, kepada paman-paman dan sekalian saudaranya yang mengiringi :-

LIHATLAH IA BUAT PERTAMA KALI,

HIKAYAT LAMA SUDAH MENGAKHIRI,
HAKIKAT BARU MENGENGAM JANJI,
TURUN WASIAT ADAT TERJADI.


Sesudah bersyair dihadapan sekalian yang ada, Sang penjaga kali menujulah ia ke Gerbang Sakti, di-kanan digenggamnya dengan kemas keris Naga Saktimuna tanda diri dialah Mahaguru Sunan Kali Jaga, sejurus itu jari jemari serta telapak tangan kirinya pula menyentuh tiang gerbang mimbar sakti dan bermulalah ia memohon kepada Ilahi sesungguhnya turunkan lah bayangan-bayangan para-para ambia, raja-raja purba serta nenek moyangnya yang pernah berjuang diatas agama Allah dari langit turun mengelilingi Panglima Bajingan tanda keajaiban serta saksi kepada suluruh utusan dan mata keturunan yang menyaksikan upacara menyampai turun ganti dan terima wasiat serta amanat yang telah dijanjikan keatas hamba yang menjadi pilihan Nya.

Subahanallah, seberwaktu berlalu kedengaran percikkan bunyi dilangit seakan percikan Nur Muhammad dari Ilahi turun kebumi, terhasil gelungan bulatan cahaya putih diibaratkan sebesar seratus bulatan para manusia dilangit memancarkan sinar dan diiringi Bahtera serta Nakhoda dicelah-celah kabus tebal turun perlahan-lahan kebawah menuju Batu Tabal dan Batu sejadah menjadi lautan tanda bahtera pasti berlaboh disisi Panglima banjingan.





Berkatalah Si Sang Penjaga Kali dihadapan Panglima Banjingan mengadap para hadirin;

WAHAI PARA SEKALIAN ADA,
ALAM KEDUA MAHUPUN AKAN YANG NYATA,
PERLIHATKANLAH OLEH KALIAN AKAN BAYANGAN KAKEK-KAKEK MU,
MEREKA SEMUA BERILMU, BERAGAMA TUHAN YANG ESA
DIDALAM BAYANGAN KABUS BAHTERA ITU JUA DUDUKNYA SEORANG PANGLIMA
DIDUDUKKAN NYA JUGA SEORANG TEMAN,PENYAKSI SI IMAM SYURGA
BEGITULAH SEBHAGIAN WATAK DIRI KAKEK-KAKEK MU YANG JELAS LAGI NYATA
PERSAKSIKANLAH, PERTOTONKANLAH TANDA BUKTI TIADA DIREKA.
ALLAHUAKBAR,ALLAHUAKBAR,ALLAHUAKBAR

Panglima Banjingan nama timangan dari leluhur kakek dan neneknya, berhimpun turun berpeluk kasih, tanda kasihkan hati dan Budinya. Sudah menjadi adat turun temurun; biarpun purba tetap berguna; kemudian adat dapat pengganti; dibisikkan pula oleh si imam syurga; dibisikkan wasiat pertama dari kakeknya Nakhoda Kaya;Pengeran Bangsa Nya Seorang Raja;Wasiat pertama dari firman empunya kuasa:-

“dan seseorang yang boleh memikul, tidak akan memikul dosa perbuatan orang lain. dan tiadalah Kami (Allah) mengazabkan sesiapapun sebelum Kami mengutuskan seorang rasul (untuk menerangkan yang benar dan yang salah)"

Wasiat pertama sudah sempurna, dibisikkan pula selepasnya dari khalam empunya sabda;

“Wahai manusia! Sesungguhnya tuhan kamu sama, bapa kamu sama (Adam). Ketahuilah! Tiada kelebihan orang arab ke atas ‘ajam (yang bukan arab), atau ‘ajam ke atas arab, atau yang berkulit merah ke atas yang berkulit hitam, atau yang berkulit hitam ke atas yang berkulit merah melainkan ketakwaan” 

Selesailah sudah sempurnalah ia, di Batu tabal wasiatnya dua, berdirilah si Raja Panglima bersiap sedia turun ke singgahsana mimbar sakti pancak sang naga.

Raja Panglima dijemput sang bentara, gelaran diberi pada saudara muda nakhoda dari leluhur Bangsa Raja Laksamana. Di gelar Dato Panglima Setia pada saudara tuanya, dirinya teguh berperisai setia, turunnya sifat dari kakeknya Nakhoda Panjang Taat Nan Setia.

Jalan beradat sopan berakad sembah beradab, mengadap Tuan Nakhoda Kaya. Didudukan bangku bertahta kasih, cucunda banjingan kini dewasa bakal terima wasiat dibahu, ditanggung hingga ke anak cucu seandai Allah panjangkan jodoh waktu.

Duduknya pula Sang Imam Syurga, dikanan Raja Panglima Utama, Bangkunya tiada diubah jua, kekal lah ia selama-lamanya biarpun diganti walaupun siapa.

Duduk dikiri, dihadapan kananlah jua, itulah tanda duduknya Dato Panglima Setia, mengadap ia akan paman-pamannya yang mengadap mata ke arah Raja Panglima. Didepan mata itu Panglima Dalam duduknya sama taranya Panglima Setia bezanya cuma bertentangan sahaja.

Putera Muda dan saudara seusia, sekaliannya hanya bertiga, duduknya tinggi dibarisan dua berasing jarak dibelakang Panglima Setia,duduknya tinggi dari yang ada dan tiada lebih dari bertahta.

Setelah segala sempurna aturannya, tibalah masa membaca titah wasiat Nakhoda Kaya keatas Putera Cucu kesayangannya, ibarat meyarung mahkota dikepala.

Wasiat pertama dari yang dua, disebut pula dari khalam Pangeran Nakhoda, berbunyilah ia sebuah kata, kata yang menolak disangkal derhaka. Bersuaralah Pangeran Nakhoda Kaya;

KU TURUNKAN WASIAT KEPADA PILIHAN NYA,
TIADA MENGIRA LUARAN MATA,
TELAH DIUJI WUDUK HATINYA,
JIKA MEMBERI TIADA BERASA.

KU PERLIHATKAN UKIRAN AKALNYA
DIPANDANG LUAR TIADA SAMA DIDALAMNYA
PENUH MUSLIHAT BAIK CATURANYA
TAJAMNYA PEDANG TAJAM LAGI IA BIJAK LAKSANA

KU UJI KEKUATAN TUBUH BADANNYA,
TIADA SEPERTI PENDEKAR HEBATNYA,
NAMUN GERAK TEMPURNYA TERSANGAT BISA,
KERANA DARAH DAGINGNYA ALLAH BERSERTA.

KU PERHALUSI ILMUANNYA,
NAMPAK SEPERTI TIADA GURUNYA,
SUDAH KU KATA PANDAI CATURNYA,
DADA BERISI TIADA RIAKNYA

MAKA BERSAKSIKAN OLEH TUHAN KU,
KU TURUNKAN WASIAT PENGGANTIKU,
BUKAN TANDA ADAT PENGANTI DAHULU,
PANGLIMA BANJINGAN MENJADI RAJA PANGLIMA YANG BARU.

ADAT YANG DULU KEKAL BEGITU,
TIADA DIUBAH KEKALLAH BANGKU,
WASIAT INI WASIAT YANG BARU,
PENGGANTI BAGI HIKAYAT BARU.

BERMULA SIANG CEMARKAN DULI,
DULI KAN IA DI ATAS NAGA,
JIKA IA SERASI DAN SERASA,
TIDAKKAN JATUH DARI GUNUNG YANG TINGGI
BARULAH SEMPURNA HAQ EMPUNYA DIRI

Ayahnda adat keluarga terdahulu, memberi izin pada Tuanku, meneruskan yang diperturunkan adat yang baru bagi memperjuangkan suratan tersirat yang dikendungkan dibahu.

Dibisikkan wasiat terakhir kata bagi penutup segala upacara, akannya firman milik Penguasa, yang berbunyi kata:-


“Maka (sebagai tanda syukur) berikanlah kepada kaum kerabatmu, miskin dan orang musafir akan haknya masing-masing; pemberian yang demikian adalah baik bagi orang-orang yang bertujuan memperoleh keredhaan Allah dan mereka itulah orang-orang yang berjaya"


Selesailah sudah segala, dijadikan ia adat bermulanya satu, kekallah ia resam begitu, didalam keluarga Pangeran Bangsa Raja Nakhoda Kaya itu.

Ingin dinyata agarlah tentu, ketahuilah olehnya tabal itu satu penentu, penentu Pemerintah keluarga leluhur Pengeran Nakhoda itu bukanlah Raja Pemerintah di Negeri yang satu.

Sesungguhnya Allah s.w.t lebih mengetahui dari segala cherita ini, ada kata berbentuk nyata dan ada jadian akal mata dan minda. Ada perkara diperhalusi dan ada perkara dipernyata. 



Disalin Semula Oleh : tokchangkatlanggor